Universitas Lampung Kembangkan Puslitbang Singkong (Cassava Center)

Universitas Lampung Kembangkan Puslitbang Singkong

Minggu, 26 Juni 2016 22:52 WIB

Pewarta: Budisantoso Budiman















Ubi kayu (Singkong) hasil panen para petani di Provinsi Lampung. (Foto ANTARA/M.Tohamaksun/dok)

...Lampung adalah daerah penghasil singkong utama di Indonesia, dan banyak perusahaan serta komoditas memiliki ketergantungan tinggi pada ketersediaan singkong, ujar Bujang...
Bandarlampung  (ANTARA Lampung) - Universitas Lampung mulai merintis dan mengembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Singkong sebagai salah satu potensi dan keunggulan pertanian daerah Lampung yang perlu ditopang oleh studi, penelitian, dan kajian ilmiah di perguruan tinggi negeri ini.

Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof Dr Hasriadi Mat Akin melalui Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof Dr H Bujang Rahman MSi, di Bandarlampung, Minggu (26/6), menyatakan hingga saat ini sebenarnya sudah banyak hasil riset tentang singkong (ubi kayu/kasava) dilakukan oleh Unila namun masih perlu digencarkan dan dioptimalkan lagi pelaksanaan maupun pemanfaatannya.

Prof Bujang membenarkan, sebelumnya Unila menerapkan kebijakan unggulan riset berdasarkan Pola Ilmiah Pokok lahan kering sebagai fokus perhatian studi dan kajian saat masa kepemimpinan Rektor Prof Dr Muhajir Utomo MSc.
Belakangan, kata Bujang yang mantan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila itu, setelah dipelajari dan dikaji kembali kebijakan pola ilmiah pokok (PIP) Unila itu memerlukan dukungan akarnya yang kuat antara lain respons dosen yang tinggi serta mengakar pula di masyarakat.

"Kami tidak ingin kebijakan yang diambil sekadar menjadi jargon saja," katanya lagi.
Karena itu, lanjut dia, ke depan Unila antara lain akan lebih memfokuskan studi dan penelitian bidang pertanian terutama melalui Puslitbang Singkong atau Kasava Center.

"Lampung adalah daerah penghasil singkong utama di Indonesia, dan banyak perusahaan serta komoditas memiliki ketergantungan tinggi pada ketersediaan singkong, sehingga jangan sampai mengalami kekurangan dengan melakukan impor," ujarnya pula.

"Sudah banyak hasil riset tentang singkong di Unila, dan persoalan ini mengakar di masyarakat serta direspons dosen," ujar Bujang lagi.
Menurut Bujang, Unila akan mengangkat dua unggulan sebagai "ikon", yaitu pengembangan Kasava Center atau Puslitbang Singkong, mengingat singkong atau ubi kayu (kasava) sebagai komoditas unggulan dari aspek teknologi dengan daya jual yang lebih tinggi.


Keunggulan kedua yang akan diangkat Unila, katanya lagi, dengan melihat keunikan Provinsi Lampung sebagai miniatur Indonesia, sehingga diharapkan dapat menjadi modelnya Indonesia sebagai masyarakat paling majemuk.

"Unila siap mengangkat keunggulan Lampung sebagai Laboratorium Masyarakat Majemuk di Indonesia," ujar Bujang lagi.
Dia menegaskan, dua unggulan itu yang diangkat menjadi ikon Unila ke depan.
Warek I Unila itu menyebutkan perintisan dan pengembangan pusat penelitian dan pengembangan (puslitbang) di Unila dengan sebanyak 11 puslitbang baik pengembangan puslitban yang sudah ada sebelumnya maupun puslitbang yang baru.

Bujang merincikan puslitban itu, yaitu Puslitbang Lingkungan Hidup, Puslitbang Pesisir dan Kelautan, Puslitbang Gizi, Kesehatan, dan Herbal (perluasan dari Puslitbang Herbal), Puslitbang Wanita dan Pembangunan (perluasan dari Puslitbang Wanita), Puslitbang Kebijakan Publik dan Pengembangan Wilayah, Puslitbang Cassava (puslitbang baru), Puslitbang Biomasa Tropika (puslitbang baru).

Lalu, Puslitbang Biodiversitas Tropika (perluasan dari Puslitbang Satwa Liar), Puslitbang Sosial, Budaya, dan Pendidikan (perluasan dari Puslitbang Budaya), Puslitbang Inkubator Bisnis (perluasan dari Puslitbang Kewirausahaan), dan Sentra HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual).

Bujang merincikan pula kegiatan puslitbang itu yang berada dalam naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unila tahun 2016, yaitu International Symposium Wildlife tanggal 28 Oktober 2016 (Kerja sama WWF Indonesia-LPPM Unila), kajian lingkungan berupa Penyusunan Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Lampung (Kerja sama BPLHD Provinsi Lampung-LPPM Unila).

LPPM Unila juga melakukan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Lampung Utara 2016 (Kerja sama BLH Kabupaten Lampung Utara-LPPM Unila), Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Lampung Selatan 2016 (Kerja sama BLHD Lampung Selatan-LPPM Unila), dan Studi Kelayakan Pemanfaatan Limbah Agroindustri Sebagai Sumber Energi di Wilayah Perbatasan (Kerja sama Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup-LPPM Unila), serta Studi Detail Engineering Design Pemanfaatan Limbah Agroindustri Sebagai Sumber Energy di Wilayah Perbatasan (Kerja sama Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup - LPPM Unila).

Unila juga melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL, antara lain yang sedang berjalan adalah Penyusunan Dokumen AMDAL Pembangunan PLTGU/MGU Arun Subagut 2 (Arun 2 sebesar 250 MW) serta Gardu Induk (GI) 150 kV/275 kV (Kerja sama Operasional PPLH-SDA LPPM Unsyiah-LPPM Unila), Penyusunan Dokumen AMDAL Kegiatan Penambangan dan Pengolahan Batu bara di Kecamatan Simpang Pematang dan Pancajaya Kabupaten Mesuji, Lampung (Kerja sama PT Nokano Coal Mining-LPPM Unila).

Lalu, Penyusunan Dokumen AMDAL Kegiatan Penambangan dan Pengolahan Batu bara di Kecamatan Mesuji dan Tanjungraya Kabupaten Mesuji, Lampung (Kerja sama PT Indotex Pratama Jaya-LPPM Unila), dan Penyusunan Dokumen AMDAL Kegiatan Perkebunan Tebu di Lampung Tengah, Lampung (Kerja sama PT Bumi Sumber Sari Sakti-LPPM Unila).

Prof Bujang menyatakan bahwa kemajuan Unila sebagai salah satu perguruan tinggi negeri utama di Provinsi Lampung tergantung pula dari masyarakat dan dukungan pemerintah daerah.

"Unila diharapkan dapat berperan lebih luas lagi bagi pembangunan maupun masyarakat daerah Lampung maupun Indonesia umumnya," kata Prof Bujang Rahman itu pula.(Ant)

Editor: Samino Nugroho
COPYRIGHT © ANTARA 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar